Zoro vs Lucci : 8 Detail Tak Terbantahkan Zoro Hanya “Bermain-main”

# Pertarungan Zoro vs Lucci di Egghead memicu perdebatan panas. Apakah Zoro benar-benar kesulitan? Temukan 8 detail tak terbantahkan dari manga yang membuktikan Zoro tidak serius dan hanya menahan diri. Analisis lengkap di sini!

Zoro vs Lucci : 8 Detail Tak Terbantahkan Zoro Hanya "Bermain-main"

Geminvo – Pertarungan Zoro vs Lucci di Arc Egghead menjadi salah satu topik paling panas di kalangan komunitas One Piece global. Selama berbulan-bulan, sejak pertama kali bentrokan mereka terjadi di Chapter 1091 hingga akhirnya selesai di Chapter 1110, para penggemar di berbagai platform seperti Reddit, YouTube, dan forum diskusi lainnya terus berdebat. Durasi pertarungan yang membentang lebih dari 15 chapter manga menciptakan persepsi bahwa Roronoa Zoro, sang ahli pedang Topi Jerami, menghadapi perlawanan yang sangat sengit dari Rob Lucci, agen CP0 yang kini memiliki kekuatan Awakened Zoan. Banyak yang menyimpulkan ini adalah pertarungan tingkat kesulitan tinggi (high-difficulty), bahkan ekstrem.  

Namun, jika kita menyingkirkan ilusi yang diciptakan oleh jadwal rilis mingguan dan menganalisis setiap panel yang digambar oleh Eiichiro Oda dengan saksama, sebuah kebenaran yang berbeda mulai terungkap. Pertarungan ini bukanlah sebuah duel di mana Zoro didorong hingga ke batas kemampuannya.

Sebaliknya, serangkaian bukti kanonik yang kuat menunjukkan bahwa Zoro tidak pernah bertarung dengan serius. Ini bukanlah sebuah perjuangan hidup-mati, melainkan sebuah penahanan terkendali terhadap lawan yang levelnya sudah berada di bawahnya. Artikel ini akan membedah secara mendalam 8 detail tak terbantahkan yang membuktikan bahwa dalam pertarungan Zoro vs Lucci, sang “Raja Neraka” sebenarnya hanya “bermain-main”.

Baca Juga : Penjelasan Lengkap Otoritas Komando Pacifista dan Seraphim di One Piece, Dari Sentomaru, Vegapunk Hingga Gorosei…

Delapan Bukti Zoro Tidak Pernah Serius

1. Bukti #1: Bandana yang Tetap Terikat Manis di Lengan

Bukti pertama, dan mungkin yang paling simbolis, adalah sebuah detail visual yang konsisten Oda gunakan selama lebih dari dua dekade: bandana hitam Zoro. Sejak awal petualangannya, bandana ini bukan sekadar aksesoris. Ia adalah saklar mental, sebuah penanda visual bagi pembaca bahwa Zoro akan memasuki mode pertarungan paling serius, di mana nyawa menjadi taruhannya.  

Sejarah telah membuktikannya berulang kali. Zoro mengikatkan bandana di kepalanya saat menghadapi lawan-lawan yang memaksanya melampaui batas: melawan Dracule Mihawk di Baratie, Daz Bonez (Mr. 1) di Alabasta, Kaku di Enies Lobby, Pica di Dressrosa, dan yang paling relevan, melawan King di Wano. Pertarungan melawan King menjadi standar baru untuk mengukur keseriusan Zoro pasca-Wano. Menghadapi seorang Komandan Pertama Yonko, Zoro didorong hingga ke ambang kematian, membuka kekuatan baru, dan tentu saja, mengenakan bandananya.  

Fakta bahwa bandana itu tidak pernah sekalipun berpindah dari bisepnya selama duel melawan Lucci adalah sebuah pesan yang disengaja oleh Oda. Ini bukan kelalaian, melainkan sebuah pernyataan naratif. Oda secara visual memberitahu para pembacanya, “Pertarungan ini tidak berada di level yang sama dengan Zoro vs King.” Ini adalah cara Oda menunjukkan pertumbuhan luar biasa Zoro. Seorang antagonis utama dari saga Water 7/Enies Lobby kini telah menjadi lawan yang bisa ia tangani tanpa perlu memasuki kondisi mental puncaknya. Absennya bandana adalah bukti paling jelas bahwa bagi Zoro, pertarungan melawan Lucci tidak pernah mencapai level krisis.  

2. Bukti #2: Santoryu vs. Nitoryu – Bertarung dengan “Satu Tangan di Belakang”

Selain bandana, pilihan gaya berpedang Zoro memberikan petunjuk krusial lainnya. Meskipun Zoro adalah master dari berbagai gaya, Santoryu (Gaya Tiga Pedang) adalah bentuk bertarung utamanya, yang paling ikonik dan paling kuat. Namun, dalam banyak panel selama pertarungan melawan Lucci, terutama di bagian yang tidak diperlihatkan (off-screen) dan bahkan sesaat sebelum serangan penutupnya, Zoro terlihat hanya menggunakan Nitoryu (Gaya Dua Pedang).  

Beberapa penggemar di forum berteori bahwa ini mungkin karena Zoro kelelahan. Namun, teori ini runtuh jika melihat kondisinya setelah pertarungan. Penjelasan yang jauh lebih logis adalah Zoro secara sadar menahan diri. Bertarung melawan pengguna Awakened Zoan sekelas Lucci hanya dengan dua pedang adalah bentuk penilaian ancaman. Zoro menganggap Lucci sebagai lawan yang bisa ia tahan dan kendalikan tanpa perlu menggunakan persenjataan lengkapnya. Ini adalah bentuk efisiensi dan konservasi energi, terutama karena Zoro bisa merasakan kehadiran ancaman yang jauh lebih besar di Egghead, seperti Kizaru dan Saint Jaygarcia Saturn.  

Tindakan ini menunjukkan tingkat kontrol yang luar biasa. Zoro menggunakan Nitoryu untuk fase “menahan” atau “mengulur waktu”, menjaga Lucci agar tetap sibuk. Begitu ia memutuskan untuk mengakhiri pertarungan—dipicu oleh komentar Sanji—ia langsung kembali ke Santoryu untuk melancarkan serangan penutup yang dahsyat. Kemampuan untuk beralih gaya secara strategis ini membuktikan bahwa Zoro-lah yang mendikte tempo pertarungan, bukan sebaliknya. Ini adalah ciri khas seorang petarung superior, bukan seseorang yang sedang berjuang keras untuk bertahan.  

Baca Juga : 6 Kekuatan Mengerikan Gorosei yang Terungkap di Egghead, Mulai Dari Regenerasi Instan Hingga Menjadi Puncak Otoritas Seraphim

3. Bukti #3: Haki Raja yang “Disimpan” untuk Momen Penting

Salah satu perdebatan paling teknis di kalangan penggemar adalah mengenai penggunaan Advanced Conqueror’s Haki (ACoC) atau mode “King of Hell” (KoH) oleh Zoro. Di beberapa panel awal dan adaptasi anime, memang terlihat kilat hitam khas ACoC menyelimuti pedangnya. Namun, yang paling signifikan adalah serangan terakhirnya, Santoryu: Huhuva Leopard Hunt, secara visual tidak menampilkan aura hijau menyala khas mode KoH yang ia gunakan saat melawan King.  

Ini bukanlah tanda bahwa Haki-nya telah habis. Sebaliknya, ini menunjukkan sebuah evolusi dalam penguasaan kekuatannya. Saat di Wano, Zoro mengakui bahwa mempertahankan mode KoH secara terus-menerus akan menguras Haki dan staminanya hingga bisa membunuhnya. Pertarungannya melawan King adalah balapan melawan waktu sebelum staminanya habis. Kini, di Egghead, Zoro menunjukkan kontrol yang lebih halus. Ia tidak lagi membutuhkan mode “aura” yang boros energi. Ia bisa melapisi pedangnya dengan ACoC secara presisi untuk satu serangan mematikan, lalu menonaktifkannya.  

Ini adalah lompatan besar dalam keahliannya. Fakta bahwa satu serangan ACoC yang tidak diperkuat oleh mode KoH penuh sudah cukup untuk melumpuhkan Lucci dalam wujud Awakened Zoan—sosok yang sama yang sebelumnya mampu bangkit setelah menerima beberapa serangan dari Luffy dalam mode Gear 5 —adalah sebuah pencapaian luar biasa. Ini justru menaikkan level kekuatan Zoro, bukan menunjukkannya sedang kesulitan. Ini membuktikan bahwa level kekuatan dasarnya kini begitu tinggi sehingga ia hanya perlu “percikan” dari kekuatan puncaknya untuk menyelesaikan lawan sekelas Komandan Yonko.  

4. Bukti #4: Jurus Pamungkas yang Tidak Pernah Keluar dari Sarungnya

Setiap pertarungan besar Zoro selalu diakhiri dengan sebuah jurus pamungkas yang ikonik, yang ia keluarkan hanya saat terdesak. Teknik terkuat dalam arsenalnya, Ashura, adalah manifestasi dari semangat juangnya yang hanya muncul dalam situasi paling kritis. Dengan Ashura, ia berhasil meninggalkan luka permanen pada Kaido, seorang Yonko. Selain itu, ada juga jurus penutupnya di Wano, King of Hell, Three-Sword Serpent: 103 Mercies Dragon Damnation.

Melawan Lucci, tak satu pun dari jurus-jurus pamungkas ini digunakan, bahkan dipertimbangkan. Jurus barunya, Huhuva Leopard Hunt, memang kuat, tetapi ia diperkenalkan sebagai tambahan baru dalam repertoarnya, bukan sebagai kartu truf terakhirnya. Hierarki jurus Zoro ini adalah cara Oda mengkomunikasikan tingkat kesulitan sebuah pertarungan.

Jika Zoro terpaksa menggunakan Ashura untuk mengalahkan Lucci, secara naratif itu akan menyamakan level ancaman Lucci dengan momen saat ia melukai Kaido. Ini akan menjadi sebuah inkonsistensi power scaling yang besar. Dengan menciptakan jurus baru, Oda mencapai dua tujuan: memberikan Zoro kemenangan yang bersih sambil memperluas variasi serangannya, dan pada saat yang sama, secara implisit menyatakan bahwa Lucci bukanlah lawan yang mengharuskannya mengeluarkan seluruh kekuatannya. Kartu-kartu truf terkuatnya tetap tersimpan rapi, menunggu lawan yang sesungguhnya di masa depan, entah itu Mihawk, seorang Admiral, atau bahkan Gorosei.

Baca Juga : One Piece : 6 Perbedaan Kunci Pacifista dan Seraphim yang Harus Kamu Tahu!

5. Bukti #5: “Beban!” – Saklar Pemicu dari Sanji

zoro vs lucci

Mungkin bukti yang paling tak terbantahkan dari semua adalah momen yang mengakhiri pertarungan ini. Setelah berlarut-larut selama belasan chapter, duel ini berakhir dalam sekejap. Pemicunya? Suara Sanji dari Den Den Mushi, yang setelah mendengar situasi dari Jinbe, menyebut Zoro sebagai “beban” (liability atau dead-weight).  

Seketika itu juga, ekspresi dan aura Zoro berubah total. Lelucon dan sikap santainya hilang, digantikan oleh fokus yang tajam. Di sekuens berikutnya, ia dengan mudah menghindari serangan tercepat Lucci dan langsung mengalahkannya dengan satu jurus. Waktunya terlalu sempurna untuk disebut kebetulan. Seperti yang disimpulkan oleh banyak penggemar, “bukti utamanya adalah dia mengakhiri pertarungan begitu Sanji menghinanya”.  

Ini menyiratkan bahwa Zoro memiliki kemampuan untuk menang kapan saja, tetapi ia kekurangan motivasi atau urgensi untuk melakukannya. Tujuan awalnya mungkin hanya untuk menahan Lucci. Namun, ejekan dari rivalnya, ditambah dengan kedatangan Jinbe yang menandakan bahwa kru harus segera berkumpul kembali, menjadi pemicu yang mengubah tujuannya. Misi berubah dari “menahan” menjadi “selesaikan sekarang juga”. Kecepatan Zoro dalam mengeksekusi tujuan baru ini membuktikan bahwa durasi pertarungan sepenuhnya berada dalam kendalinya, bukan karena Lucci mampu menahannya dalam posisi seimbang.  

6. Bukti #6: Hasil Akhir – Nyaris Tanpa Goresan Serius

Ukuran paling nyata dari kesulitan sebuah pertarungan adalah kondisi fisik para petarungnya setelah selesai. Zoro dikenal sebagai karakter yang selalu babak belur, berlumuran darah, dan nyaris pingsan setelah pertarungan-pertarungan besarnya. Namun, setelah duel melawan Lucci, ia terlihat berdiri tegak. Meskipun terengah-engah—menandakan ia memang mengeluarkan tenaga—tidak ada luka serius yang terlihat di tubuhnya. Sebaliknya, Lucci terkapar di tanah, tidak mampu berdiri.  

Ini adalah kontras yang tajam dengan pertarungan-pertarungan sebelumnya. Zoro tidak perlu menukar luka untuk mendapatkan kemenangan. Bahkan, ia mampu menghindari serangan Shigan Madara milik Lucci dengan wajah tanpa emosi sebelum melancarkan serangan balasan. Ini menunjukkan bahwa kemampuan bertahan dan Observation Haki Zoro sudah lebih dari cukup untuk menangani semua serangan Lucci.

Pertarungan ini lebih tepat dideskripsikan sebagai “penahanan” daripada “duel”. Upaya utama Zoro bukanlah untuk bertahan dari serangan yang mengancam jiwa, melainkan untuk memblokir dan mengendalikan Lucci. Tidak adanya kerusakan berarti membuktikan bahwa ini bukanlah pertarungan yang sulit. Para analis di komunitas power scaling sepakat bahwa ini paling banter adalah pertarungan tingkat kesulitan menengah (mid-difficulty).  

Baca Jug7 Detail Kilas Balik Kuma yang Mungkin Kamu Lewatkan, Ketika Kuma Mengetahui Rahasia Terbesar Dragona : 9 Momen Paling Menyayat Hati dari Kilas balik Bartholomew Kuma…

7. Bukti #7: Stamina Tersisa untuk Menghadapi Gorosei

Bukti pamungkas dari tingkat keseriusan Zoro datang segera setelah pertarungannya dengan Lucci berakhir. Begitu ia berkumpul kembali dengan Jinbe, mereka langsung berhadapan dengan salah satu dari Lima Tetua Bintang, Saint Ethanbaron V. Nusjuro, dalam wujud monsternya. Tanpa jeda untuk pemulihan, Zoro langsung mampu beradu pedang dengan salah satu eksistensi terkuat di dunia tersebut.  

Ini adalah poin krusial. Jika pertarungan melawan Lucci benar-benar pertarungan high-extreme difficulty, Zoro seharusnya sudah kehabisan tenaga, sama seperti saat ia pingsan setelah mengalahkan King. Kemampuannya untuk langsung menghadapi ancaman level Gorosei menunjukkan bahwa staminanya masih sangat banyak tersisa.

Oda sengaja menempatkan dua peristiwa ini secara berurutan untuk tujuan perbandingan. Dengan menunjukkan Zoro mengakhiri satu pertarungan dan langsung siap untuk pertarungan lain yang jauh lebih berbahaya, Oda secara naratif mengkonfirmasi tingkat kesulitan duel sebelumnya. Pertarungan Zoro vs Lucci secara efektif menjadi “pemanasan” sebelum acara utama. Ini memperkuat status Lucci sebagai ancaman yang kredibel, tetapi ancaman yang kini sudah bisa ditangani dengan nyaman oleh tangan kanan Raja Bajak Laut masa depan.

8. Bukti #8: Meta Analisis – Peran Zoro sebagai “Penjaga Pintu” Naratif

Jika kita melihat dari kacamata seorang penulis, alasan pertarungan ini berlangsung begitu lama menjadi sangat jelas. Fungsi utamanya dalam cerita adalah sebagai alat plot untuk menahan Zoro agar tidak terlibat dalam konflik utama di Egghead, yaitu Luffy vs Kizaru dan kedatangan Saturn. Sebagian besar pertarungan ini terjadi di luar panel, hanya terdiri dari beberapa adegan bentrokan yang tersebar di banyak chapter.  

Dari sudut pandang penceritaan, jika Zoro mengalahkan Lucci dengan cepat, akan muncul pertanyaan canggung: “Mengapa Zoro tidak membantu Luffy?” Untuk menjaga agar fokus cerita tetap pada Vegapunk, Kuma, dan Gorosei, Oda membutuhkan alasan yang masuk akal untuk menyingkirkan salah satu petarung terkuat Topi Jerami. Menghadapkannya dengan Lucci yang baru saja mendapatkan power-up adalah solusi yang sempurna. Seperti yang dikatakan seorang penggemar dengan tepat, “Itu hanyalah cara Oda menahan Zoro sampai plot membutuhkannya”.  

Durasi pertarungan yang dirasakan oleh pembaca adalah hasil dari jadwal rilis manga, bukan cerminan dari peristiwa di dalam cerita. Seluruh pertarungan ini, jika dikumpulkan, hanya memakan sekitar enam halaman manga yang dirilis selama enam bulan. Oleh karena itu, setiap analisis yang didasarkan pada durasi dunia nyata adalah keliru. Pertarungan ini harus dinilai berdasarkan konten di dalam panel, yang secara luar biasa menunjukkan sebuah konfrontasi yang terkendali dan diakhiri oleh Zoro begitu plot menuntutnya untuk bergerak.  

Baca Juga : 7 Detail Kilas Balik Kuma yang Mungkin Kamu Lewatkan, Ketika Kuma Mengetahui Rahasia Terbesar Dragon

Standar Baru untuk Tangan Kanan Raja Bajak Laut

Setelah menelaah delapan bukti—mulai dari bandana yang tidak terpakai, gaya berpedang yang ditahan, penggunaan Haki yang terkontrol, ketiadaan jurus pamungkas, pemicu dari Sanji, kondisi fisik pasca-pertarungan, stamina yang tersisa untuk Gorosei, hingga peran naratifnya—kesimpulannya menjadi tak terbantahkan. Duel Zoro vs Lucci di Egghead bukanlah tolok ukur batas kekuatan Zoro, melainkan sebuah demonstrasi standar kekuatan barunya.

Pertarungan ini menunjukkan betapa jauh Zoro telah berkembang. Musuh yang dulu hampir menghancurkan seluruh kru Topi Jerami kini telah menjadi lawan yang bisa ia kendalikan tanpa perlu mengeluarkan seluruh kemampuannya. Ini mengukuhkan statusnya sebagai tangan kanan yang layak bagi seorang Yonko, seorang “Raja Neraka” yang mampu menangani ancaman besar sambil menyimpan kekuatan sejatinya untuk menghadapi yang terkuat di dunia. Pertarungan ini bukanlah tentang perjuangan Zoro, melainkan tentang pernyataannya: levelnya sudah jauh berbeda. Kini, pertanyaan yang tersisa bukanlah apakah ia kesulitan melawan Lucci, melainkan siapa lawan berikutnya yang cukup kuat untuk memaksanya mengikat bandana itu di kepalanya sekali lagi.


Ringkasan Zoro vs Lucci : 8 Detail Tak Terbantahkan Zoro Hanya “Bermain-main”

  • Bandana Tidak Dipakai: Zoro tidak pernah memakai bandana hitamnya, sebuah tanda yang secara historis ia gunakan hanya dalam pertarungan paling serius.
  • Gaya Dua Pedang (Nitoryu): Zoro sering terlihat menggunakan dua pedang, bukan tiga, yang mengindikasikan ia tidak bertarung dengan gaya andalannya yang paling kuat.
  • Haki Raja Terkendali: Penggunaan Advanced Conqueror’s Haki (King of Hell) tidak konsisten dan tidak digunakan dalam serangan terakhir, menunjukkan efisiensi dan penghematan stamina.
  • Tanpa Jurus Pamungkas: Zoro tidak menggunakan teknik terkuatnya seperti Ashura, membuktikan Lucci tidak dianggap sebagai ancaman level tertinggi.
  • Dipicu oleh Sanji: Pertarungan berakhir seketika setelah Zoro termotivasi oleh ejekan Sanji, membuktikan ia bisa menyelesaikannya kapan saja.
  • Minim Kerusakan: Zoro keluar dari pertarungan tanpa cedera serius, berbeda dengan pertarungan-pertarungan berat sebelumnya.
  • Stamina Penuh untuk Gorosei: Zoro langsung siap berhadapan dengan Saint Nusjuro setelahnya, menunjukkan ia tidak kelelahan.
  • Alat Naratif Oda: Secara meta, pertarungan ini berfungsi untuk menahan Zoro agar tidak terlibat dalam konflik utama di Egghead, sehingga durasinya tidak mencerminkan tingkat kesulitannya.

Jika kamu suka mengikuti fakta menarik atau informasi terbaru tentang anime One Piece, kamu bisa melihat artikel lain yang dibuat oleh Essa. Jangan lupa untuk follow dan like media sosial dari Macapop ID di Facebook(Twitter), Instagram, Youtube dan Tiktok.